Munajat Syekh Ibnu Athaillah

” Ilahi (Tuhanku), di dalam kekayaanku, aku adalah hamba yang fakir, maka bagaimana aku tidak merasa fakir dalam kefakiranku.”

” Ilahi, dalam ilmu pengetahuanku yang kumiliki, aku tetaplah seorang hamba yang bodoh, maka bagaimana aku tidak sangat bodoh dalam kebodohanku.”

” Ilahi, sesungguhnya silih bergantinya ketetapan-Mu, dan cepat tibanya takdir-Mu, kedua-duanya telah mencegah para hamba-Mu yang arif, untuk merasa tenang ketika menerima pemberian-Mu dan mencegah mereka dari patah harapan ketika menghadapi cobaan dari-Mu.”

” Ilahi, apa yang berasal dariku, tentu sesuai dengan sifat kerendahan dan kehinaanku, sedangkan apa yang datang dari-Mu, tentu sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Mu.”

” Ilahi, Engkau telah menyifati diri-Mu dengan sifat kelembutan dan belas kasih terhadap aku sejak sebelum adanya kelemahanku ini, maka apakah kini Engkau tolak diriku yang lemah ini, dari kedua sifat-Mu itu, setelah nyata adanya kelemahan dan kebutuhanku pada kedua sifat-Mu itu.”

” Ilahi, bila terjadi kebaikan dan kebajikan dariku, maka itu semata-mata berkat anugerah-Mu, Engkaulah yang memberi karunia kepadaku. Jika terjadi kejahatan padaku, maka itu semata-mata karena keadilan-Mu, maka Engkau tetap memiliki hujjah dan berhak menuntut aku atas kejahatan itu.”

” Ilahi, bagaimana Engkau kembalikan kepadaku untuk mengurusi diriku, padahal Engkau telah menjamin aku, dan bagaimana aku akan hina padahal Engkau yang menolong aku, bagaimana aku akan kecewa, sementara dengan kehalusan-Mu, Engkau kasih aku.”

” Ilahi, inilah aku yang datang mendekat kepada-Mu, bertawasul dengan kefakiranku kepada-Mu. Bagaimana aku akan bertawasul dengan sesuatu yang mustahil bisa menyampaikan aku kepada-Mu. Bagaimana aku akan mengadukan ihwalku, sedangkan hal ini tidak ada yang tersembunyi bagi-Mu. Dan bagaimana aku akan menjelaskan tentang ihwalku kepada-Mu, dengan kata-kataku, padahal semua itu berasal dari-Mu jua. Bagaimana aku akan kecewa dengan harapan dan cita-citaku, padahal cita-cita itu telah berlangsung dan sampai kepada-Mu. Dan bagaimana ihwalku tidak akan menjadi baik, sedang ia berasal dari Engkau dan kembali pula kepada-Mu.”

” Ilahi, alangkah besar kehalusan dan kasih-Mu terhadap diriku, sementara aku sangat dungu, dan alangkah besar rahmat-Mu kepadaku, padahal perbuatanku sangat buruk.”

” Ilahi, alangkah dekatnya Engkau kepadaku, sementara aku betapa jauhnya dari Engkau.”

” Ilahi, alangkah besar kasih-Mu kepadaku, maka apakah gerangan yang menutupiku dari-Mu.”

” Ilahi, aku telah mengerti dengan perubahan keadaan dan pergantian masa. Sesungguhnya tujuan-Mu adalah untuk memperkenalkan dan menunjukkan kekuasaan-Mu kepadaku, dalam segala keadaan dan masa, sehingga aku tidak lupa dan bodoh pada-Mu dalam sesuatu apapun.”

” Ilahi tiap-tiap aku dibungkam mulutku oleh sebab dosa-dosaku, maka terbuka mulutku oleh karena melihat kemurahan-Mu yang tak terhingga. Dan tiap-tiap aku berputus asa untuk mendapat rahmat-Mu karena sifat-sifat kerendahanku, maka dapat membuka harapanku bila melihat pemberian-pemberian karunia-Mu.”

” Ilahi, orang yang dalam kebaikan-kebaikannya masih terdapat kekurangan, maka bagaimana kesalahan-kesalannya itu bukan sebagai dosa-dosa. Dan orang yang semua ilmu dan pengertiannya itu hanya pengakuan belaka, maka bagaimana pengakuan-pengakuannya itu bukan sebagai kepalsuan belaka.”

” Ilahi, ketetapan hukum-Mu yang pasti berlaku, dan kehendak-Mu yang bersifat memaksa, maka keduanya tidak memberi kesempatan bagi orang yang pandai bersilat lidah untuk berkata-kata, atau orang yang mempunyai kesaktian untuk melaksanakan kesaktiannya.”

” Ilahi, berapa banyak taat yang telah aku lakukan, dan keadaan yang telah aku perbaiki, namun tiba-tiba harapanku akan hal itu, digagalkan oleh keadilan-Mu, bahkan karunia-Mu telah menggeser ketergantunganku pada amal perbuatanku.”

” Ilahi, Engkau Maha Mengetahui, tentang diriku yang tidak istiqomah dalam menjalankan ketaatan, namun aku tetap menanamkan kecintaan dan kebulatan tekadku untuk beramal.”

” Ilahi, bagaimana aku mesti berniat, sedangkan Engkau yang menentukan, bagaimana aku berkebulatan tekad, padahal Engkau yang memerintah.”

” Ilahi, hilir mudikku yang berkutat pada alam kebendaan, menyebabkan jauhnya perjalanan, karena itu dekatkanlah aku kepada-Mu dengan amal yang dapat segera menyampaikan aku kehadirat-Mu.”

” Ilahi, bagaimana mungkin sesuatu yang dalam wujudnya berhajad kepada-Mu, dapat dijadikan sebagai dalil untuk menunjukkan pada-Mu. Apakah ada sesuatu yang lebih terang daripada Engkau, sehingga ia dapat menjelaskan Engkau. Bilakah Engkau gaib, sehingga dibutuhkan petunjuk yang dapat menunjukkan pada-Mu, dan bilakah Engkau jauh sehingga alam ini dapat menyampaikan kehadirat-Mu.”

” Ilahi, sungguh buta mata yang tidak dapat melihat pengawasan-Mu terhadap dirinya. Dan sungguh rugi dagangan seorang hamba yang tidak mendapat bagian dari rasa cinta kepada-Mu.”

” Ilahi, Engkau menyuruh aku kembali memperhatikan alam benda ini, karena itu kembalikanlah aku kepadanya dengan diliputi oleh selubung cahaya, dan petunjuk surya hati, sehingga dari alam ini aku dapat kembali kepada-Mu, sebagaimana ketika aku masuk ke dalamnya, hatiku terjaga dari gangguannya, harapan dan cita-citaku merasa enggan untuk bersandar kepadanya. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

” Ilahi, inilah kehinaanku yang begitu nyata di depan-Mu, dan inilah keadaanku tidak ada barang sedikitpun yang tersembunyi pada-Mu, dari pada-Mu aku mohon supaya dapat sampai kepada-Mu. Dan dengan Engkau aku mencari dalil kepada-Mu. Maka berilah aku petunjuk dengan nur-Mu untuk dapat sampai kepada-Mu, tegakkanlah aku dalam kesungguhan pengabdianku di hadapan-Mu.”

” Ilahi, ajarilah aku dari ilmu-Mu secara langsung dari khazanah ilmu-Mu. Dan peliharalah aku dengan rahasia nama-Mu yang terjaga.”

” Ilahi, anugerahilah aku hakekat, laksana hakekat orang-orang yang dekat kepada-Mu. Dan jalankanlah aku, sebagaimana jalannya orang majdzub.”

” Ilahi, berilah aku kepuasan dengan aturan-Mu daripada aturanku sendiri, dan dengan pilihan-Mu daripada pilihanku sendiri, dan dudukkanlah aku dalam pilihan-Mu sebagai markas yang menjadi keniscayaan yang tak terelakkan bagiku.”

” Ilahi, keluarkanlah aku dari kehinaan diriku, bersihkan aku dari keraguan dan sucikan aku dari syirik sebelum aku masuk ke liang kubur. Aku mohon pertolongan kepada-Mu, tolong dan bantulah aku. Pada-Mu aku berserah diri, maka janganlah Engkau memberatkan bebanku. Pada-Mu aku mohon, janganlah Engkau kecewakan aku. Pada karunia dan anugerah-Mu aku berharap, janganlah kiranya Engkau halangi aku untuk mendapatkan rahmat dan anugerah-Mu. Kepada-Mu aku mendekat dan bersandar, janganlah kiranya Engkau hindari dan jauhi aku. Di depan pintu-Mu aku berdiri terus mengetuk pintu-Mu, janganlah Engkau usir aku.”

” Ilahi, keridhaan-Mu sungguh suci dan tak ternodai, maka bagaimana bisa ternodai oleh aib dariku. Engkau adalah Dzat yang Maha Kaya dari pada sampainya sesuatu kemanfaatan dari diri-Mu sendiri, maka bagaimana akan mungkin membutuhkan sesuatu daripadaku, padahal aku adalah hamba ciptaan-Mu.”

” Ilahi, sungguh qadha dan qadar, telah mengalahkan aku, dan jerat-jerat nafsu syahwat telah menjerat dan menahanku, maka jadilah Engkau ya Allah sebagai Penolongku, sehingga Engkau benar-benar menolong aku melawan nafsu syahwat, dan juga menolong para sahabatku terhadap musuh-musuh mereka. Kayakanlah aku dengan karunia-Mu, sehingga aku menjadi puas dan kaya dengan Engkau, tanpa perlu minta-minta.”

” Engkau yang menerbitkan nur di dalam hati para wali-Mu, sehingga mereka dapat mengenal dan mengesakan Engkau. Engkau pula yang menghilangkan kotoran dunia dari hati para kekasih-Mu, sehingga mereka tidak suka pada sesuatu selain mencintai Engkau, dan tidak bersandar, selain kepada-Mu. Engkaulah yang menggembirakan hati mereka ketika mereka merasa jemu dari semua alam. Dan Engkau pula yang memberi hidayah kepada mereka, sehingga terang bagi mereka jalan kebenaran.”

” Apakah yang didapat oleh orang yang kehilangan Engkau, dan apakah yang dirasakan kurang oleh orang yang telah mendapatkan Engkau. Sungguh kecewa orang yang puas dengan sesuatu selain Engkau, dan sungguh rugi orang yang ingin berpindah pada yang lain, selain Engkau.”

” Ilahi, bagaimana akan diharapkan sesuatu selain Engkau, padahal Engkau tidak pernah memutus kebaikan-Mu. Bagaimana akan meminta pada yang selain Engkau, sedang Engkau tidak pernah merubah kebiasaan memberi karunia.”

” Wahai Tuhan yang memberi rasa manisnya bermunajat kepada para kekasih-Nya, sehingga mereka selalu berdiri di depan-Nya dengan bersuka ria. Ya Tuhan yang memakaikan pada para wali-Nya pakaian kehebatan sehingga mereka bangga dengan kemuliaan-Nya.”

” Engkaulah Tuhan yang selalu ingat, sebelum orang-orang yang berdzikir mengingat Engkau. Engkau pula yang mula-mula berlaku ihsan, sebelum orang-orang ahli ibadah menghadap kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Pemurah dengan pemberian-pemberian-Mu, sebelum orang-orang yang minta mengajukan permintaan kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Pemberi, kemudian terhadap apa yang telah Engkau berikan itu, kami adalah orang-orang yang meminjamkan.”

” Ilahi, dekatkanlah aku kepada-Mu berkat rahmat dan anugerah-Mu, agar aku segera sampai kepada-Mu, sehingga aku menghadap di hadirat-Mu.”

” Ilahi, harapanku terhadap kebaikan dan rahmat-Mu, tidak pernah putus, oleh kemaksiatan yang aku perbuat, sebagaimana rasa takutku kepada-Mu yang juga tidak pernah hilang, sekalipun aku telah berbuat taat kepada-Mu.”

” Ilahi, alam kebendaan ini telah mendorong aku untuk pergi kepada-Mu, dan pengetahuanku terhadap kemurahan-Mu itulah yang menghentikan aku untuk berdiri di depan pintu-Mu.”

” Ilahi, bagaimana aku akan kecewa, padahal Engkaulah harapanku, dan bagaimana aku akan terhina, padahal kepada Engkaulah aku berserah diri.”

” Ilahi, bagaimana aku akan berharap jadi mulia, sementara Engkau telah menempatkan aku dalam kehinaan, tetapi bagaimana aku tidak akan meminta kemuliaan, karena keberadaanku sebagai hamba adalah bersandar kepada-Mu. Bagaimana aku bisa tidak akan butuh, sementara Engkau telah menempatkan aku dalam kefakiran. Tetapi bagaimana aku akan fakir, padahal Engkau telah mencukupi aku dengan kemurahan-Mu.”

” Ilahi, Engkaulah Tuhan yang tiada Tuhan selain Engkau, Engkau telah mengenalkan Dzat-Mu pada segala sesuatu, sehingga tiada sesuatupun yang tidak mengenal Engkau. Dan Engkau pula yang mengenalkan Dzat-Mu kepadaku, di dalam segala sesuatu, sehingga aku melihat Engkau Zhahir pada segala sesuatu, maka Engkaulah yang Zhahir pada segala sesuatu.”

” Ya Tuhan, yang berkuasa dengan sifat kasih sayang-Nya di atas Arasy, sehingga Arasy itu lenyap dalam sifat Rahman-Nya, sebagaimana alam-alam lain yang menjadi tenggelam dalam Arasy-Nya. Engkau telah melenyapkan alam dengan alam, dan melenyapkan Arasy dengan kepungan nur rahmat-Mu yang meliputinya.”

” Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaan-Nya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan keindahan dan keagungan-Nya, sehingga nyatalah bukti kebesaran-Nya dalam hati dan perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepada-Nya, kami mohon pertolongan.”

(Ibnu Athaillah )