MENCINTAI YANG DICINTAI ALLAH


MENCINTAI YANG DI CINTAI ALLAH



Nabi saw, berdoa: “Ya Allah berilah aku rizki mencintaiMu dan mencintai orang yang mencintaiMu, dan berilah aku rizki amal yang sampai bisa mencintaiMu, dan jadikanlah mencintaiMu itu sebagai sesuatu yang paling kucintai.”

Abu Bakr ash-Shiddiq ra, menandaskan, “Siapa yang merasakan ketulusan dari cinta kepada Allah, ia lari dari segala hal selainNya, dan meningalkan semua yang disenanginya demi Dia yang dicinta.”

Dzun Nuun al-Mishry ra, banyak membaca Al-Qur’an, dan dilanjutkan sibuk mendalami hadits, lalu dalam tidurnya mendengar syair berbunyi: Bila dirimu merasa mencintaiKu. Tidak pula menghindari kitabKu. Tidakkah engkau merenung apa yang tersembunyi disana. Dari lembutnya cercaanKu? Lalu beliau meninggalkan mendalami hadits dan konsantrasi pada membaca Al-Qur’an.


Diriwayatkan bahwa Allah Swt, memberi wahyu kepada Nabi Dawud as, “Janganlah engkau jadikan seorang alim yang tergoda oleh dunia dan isinya antara diriKu dengan dirimu, hingga dirimu terhalang menempuh jalan mencintaiKu, mereka itu adalah para perompak jalan para hambaKu.”


 Yahya bin Mu’adz ra, mengatakan dalam munajatnya: “Ilahi…! Jika Engkau menyiksaku, berarti Engkau menyiksa orang yang mencintaiMu. Dan jika Engkau menghinaku, Engkau menghina orang yang mencintaiMu. Dan bila Engkau memuliakan diriku, Engkau memuliakan orang yang mencintaiMu.”


Dikisahkan, bahwa Abu Yazid ra, sedang bicara suatu hari dengan ucapan ahli pecinta Allah Swt. Datanglah burung yang terus mendekat padanya, hingga berada di depannya. Lalu burung itu mematuk ke tanah, sampai burung itu berdarah hingga akhirnya mati.”


Dikisahkan, seorang arif sedang menjumpai seorang dari kalangan pekerja keras. Orang itu sedang memukuli budak dengan kayu, sementara sang budak tetap tertawa di wajahnya. “Hai! Kamu dipukuli tuanmu dengan cambuk, tapi kamu malah tertawa?” ditanyakan padanya. “Karena saking manisnya mencintainya, hingga aku tidak menemukan pedihnya pukulan,” jawabnya. Lalu sang arif berteriak menjerit sampai pingsan.


Yahya ra, mengatakan, “Tidak benar cintanya seseorang sepanjang ia tidak menjaga aturan-aturanNya, tidak menghargai kehormatanNya dan tidak mengenal anugerahNya.”

Maka Syeikh Abdul Wahid mengatakan, “Betapa banyak hati yang ingin sesuatu dari Kekasihnya, namun tidak meraih angin sepoi, juga tidak meraih kilatan yang menyambar, melainkan jika ia telah sampai pada Kekasihnya.”


“Apakah pecinta itu ada tandanya?” “Sesungguhnya para raja itu ketika memasuki negeri, mereka menghancurkan semuanya. Begitu juga cinta, bila memasuki qalbu, seluruh nafsu akan hancur dan seluruh sifat naluri manusia di bawah kekuasaan cinta, lalu segalanya terbakar dengan apinya, selain Allah Swt.” Jawabnya.

Seorang sufi ditanya, “Bagaimana pecinta bisa seperti gila?” “Karena mereka merasakan manisnya cintanya, dan mendengarkan suara-suara  mengagumkan dari panggilan Kekasihnya, sampai akalnya terbang dan hatinya mabur menuju kepadaNya, lalu mereka menjadi terhanguskan.”


Disebutkan, “Ancaman musuh bisa menggelisahkan, sedangkan ancaman sang kekasih bagai racun yang mematikan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *